Berikut Lirik Lagunya :
Satu persatu teman berhianat kini telah menghilang..
lepaskan saja pertemanan kita hilangkan rasa cinta..
padanya ku kecewa..
kepercayaanku hilang begitu saja...
Ibaratkan kacang lupa pada kulitnya..
burungpun terbang meninggalkan sarang..
begitupun teman ketika ada maunya...
kecewa kepadanya...
apa arti teman yang disetiakan tak ada kebersamaan
tak banyak teman tak jadi masalah asalkan tak berhianat...
padanya ku kecewa..
kepercayaanku hilang begitu saja...
Ibaratkan kacang lupa pada kulitnya..
burungpun terbang meninggalkan sarang..
begitupun teman ketika ada maunya...
kecewa kepadanya...
Sejarah Musik Reggae
Musik reggae kerap dianggap sebagai musik yang identik dengan
aroma daun ganja. Hal ini karena daun yang bisa memabukkan
tersebut kerap dijadikan simbol musik tersebut. Padahal, tidak
selamanya daun ganja dikaitkan dengan aliran musik yang mampu
mengajak pendengarnya beegoyang.
Selain simbol daun ganja, reggae kerap dilambangkan dengan
penampilan rambut gimbal. Rambut gimbal adalah model rambut
yang dijadikan beberapa ikatan secara lekat dan memanjang.
Tanpa rambut gimbal, musik reggae seperti kurang lengkap dan
kehilangan nuansa bermusiknya.
Di Indonesia, aliran reggae sebenarnya sudah lama dikenal.
Hanya saja, gaungnya belum terlalu dikenal sebagaimana jenis
musik lainnya, seperti musik rock atau dangdut yang dianggap
aliran musik asli Indonesia.
Ada beberapa musisi yang eksis memainkan musik reggae di
Indonesia. Di antaranya adalah Imanes yang sudah bernyanyi
reggae sejak tahun 90an. Selain itu, dikenal pula nama Toni Q
Rastafarra, Steven and The Coconut Trees dan juga almarhum
Mbah Surip.
Nama mbah Suriplah yang banyak dianggap sebagai musisi
reggae yang mampu mempopulerkan musik reggae di seluruh
lapisan masyarakat. Hal ini karena lagu-lagu mbah Surip cukup
sederhana dan enak untuk didengarkan. Salah satu lagu mbah
Surip yang cukup terkenal adalah lagu Tak Gendong. Lagu ini
populer di setiap lapisan usia, mulai anak-anak hingga orang tua.
Penampilan mbah Surip dengan topi warna warninya pun tak
jarang ditiru oleh penggemarnya.
Musik reggae mulai berkembang pada tahun 1968an. Tahun ini
pulalah yang dianggap sebagai tahun kelahiran musik reggae di
dunia. Musik ini mulai berkembang dari kawasan Jamaica, Afrika.
Nama reggae sendiri berasal dari bahasa Afrika, ragged yang
berarti gerakan menghentak.
Ciri khas reggae adalah penggunaan drum dari Afrika yang
dinamakan Burru. Reggae lahir sebagai perpaduan musik
tradisional dari tiga kawasan, yaitu Afrika, Amerika dan juga
Jamaica. Sehingga musik ini bukan merupakan musik asli
Jamaica meski berkembang di daerah tersebut.
Musik ini memiliki dasar musik yang mirip dengan aliran ska.
Hanya saja, ritme musik reggae cenderung lebih lamban dan lebih
menekankan pada kekuatan vokal. Sedangkan pada ska, unsur
melody sangat dominan muncul dalam musiknya.
Salah satu musisi yang berperan memperkenalkan musik reggae
di dunia adalah Bob Marley dan The Wailers. Mereka memiliki
peran besar dalam mengenalkan musik ini kepada masyarakat
internasional. Meski demikian, ada banyak orang yang
menganggap bahwa musik reggae pada dasarnya diciptakan oleh
Hon. Robert Nesta Marley. Nesta Marley pulalah yang kemudian
ditasbihkan sebagai King of Reggae Music.
Musik Reggae – Musik dari Jamaika
Akar musikal reggae terkait erat dengan tanah yang
melahirkannya, Jamaika. Saat ditemukan oleh Columbus pada
abad ke-15, Jamaika adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku
Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri berasal dari kosa kata
Arawak "xaymaca" yang berarti "pulau hutan dan air".
Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memusnahkan
suku Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian
berkulit hitam dari daratan Afrika. Budak-budak tersebut
dipekerjakan pada industri gula dan perkebunan yang bertebaran
di sana. Pada tahun 1838, praktek perbudakan itu dihapus dan
diikuti dengan melesunya perdagangan gula dunia.
Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum budak
Afrika memelihara keterikatan pada tanah kelahiran mereka
dengan mempertahankan tradisi. Mereka mengisahkan kehidupan
di Afrika dengan nyanyian (chant) dan bebunyian sederhana.
Interaksi dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa pun
membekaskan produk silang budaya yang akhirnya menjadi tradisi
folk asli Jamaika. Bila komunitas kulit hitam di Amerika atau Eropa
dengan cepat luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya komunitas
kulit hitam Jamaika masih merasakan kedekatan dengan tanah
leluhur.
Musik Afrika pada dasarnya ada di kehidupan sehari-hari
masyarakat Jamaika, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat
kerja atau rumah yang menjadi penyemangat saat kondisi sulit
sehingga memberikan kekuatan dan pesan tersendiri. Hasilnya,
reggae musik bukan cuma memberikan relaksasi, tapi juga
membawa pesan cinta, damai, kesatuan dan keseimbangan serta
mampu mengendurkan ketegangan.
No comments:
Post a Comment